GAYA
KEPEMIMPINAN
1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama
dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis
diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan
perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok. Di
samping itu diwujudkan juga melalui perilaku kepemimpinan sebagai pelaksana
(eksekutif).
Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan tersebut,
berarti gaya ini diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan
manusiawi (human relationship) yang efektif, berdasarkan prinsip saling
menghormati dan menghargai antara yang satu dengan yang lain. Pemimpin
memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek, yang
memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan,
kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian, kreativitas,
inisiatif, dan lain-lain yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain
selalu dihargai dan disalurkan secara wajar.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, dalam gaya kepemimpinan ini
selalu terlihat usaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Proses
kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi
anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing, di samping
memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap anggota
kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan,
memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, yang sama atau seimbang
pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. Sedang bagi para anggota kesempatan
berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan di
lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerja sama, baik
antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. Dengan demikian berarti
setiap anggota tidak saja diberi kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu
dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Kondisi itu memungkinkan
setiap orang siap untuk dipromosikan menduduki posisi/jabatan pemimpin secara
berjenjang, bilamana terjadi kekosongan karena pensiun, pindah, meninggal
dunia, atau sebab-sebab lain.
Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan
sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di
dalam unit masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan
tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua
merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Setiap anggota
kelompok/organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri atau
beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.
Aktivitas dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan partisipasi,
yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan kelompok/organisasi secara
keseluruhan. Tidak ada perasaan tertekan dan takut, namun pemimpin selalu
dihormati dan disegani secara wajar
Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua
dikenal manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di
tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada
seorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal.
Orang-orang yang dipimpin yang jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang
dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah. Kedudukan bawahan semata-mata
sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pemimpin
memandang dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya.
Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu
berbuat sesuatu tanpa perintah. Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh
dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Pemimpin
sebagai penguasa merupakan penentu nasib bawahannya. Oleh karena itu tidak ada
pilihan lain, selain harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin.
Kekuasaan pimpinan digunakan untuk menekan bawahan, dengan mempergunakan sanksi
atau hukuman sebagai alat utama. Pemimpin menilai kesuksesannya dari segi
timbulnya rasa takut dan kepatuhan yang bersifat kaku.
Kepemimpinan dengan gaya otoriter banyak ditemui dalam pemerintahan
Kerajaan Absolut, sehingga ucapan raja berlaku sebagai undang-undang atau
ketentuan hukum yang mengikat. Di samping itu sering pula terlihat gaya dalam
kepemimpinan pemerintahan diktator sebagaimana terjadi di masa Nazi Jerman
dengan Hitler sebagai pemimpin yang otoriter.
3.
Gaya Kepemimpinan Bebas dan Gaya Kepemimpinan Pelengkap
Kepemimpinan Bebas merupakan kebalikan dari tipe atau gaya
kepemimpinan otoriter. Dilihat dari segi perilaku ternyata gaya kepemimpinan
ini cenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan
perilaku kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya ternyata sebenarnya
tidak dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai rangkaian kegiatan
menggerakkan dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya dengan cara apa pun
juga. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinannya dijalankan dengan
memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan
dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan
masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil.
Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang
dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi
anggota kelompok yang memerlukannya. Kesempatan itu diberikan baik sebelum
maupun sesudah anggota yang bersangkutan menetapkan keputusan atau melaksanakan
suatu kegiatan.
Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu, karena untuk
bertanya atau tidak (kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau kegiatan,
tergantung sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin. Dalam keadaan seperti itu
setiap terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka pemimpin selalu berlepas tangan
karena merasa tidak ikut serta menetapkannya menjadi keputusan atau kegiatan
yang dilaksanakan kelompok/organisasinya. Pemimpin melepaskan diri dari
tanggung jawab (deserter), dengan menuding bahwa yang salah adalah anggota
kelompok/organisasinya yang menetapkan atau melaksanakan keputusan dan kegiatan
tersebut. Oleh karena itu bukan dirinya yang harus dan perlu diminta
pertanggungjawaban telah berbuat kekeliruan atau kesalahan.
Sehubungan dengan itu apabila tidak seorang pun orang-orang yang
dipimpin atau bawahan yang mengambil inisiatif untuk menetapkan suatu keputusan
dan tidak pula melakukan sesuatu kegiatan, maka kepemimpinan dan keseluruhan
kelompok/organisasi menjadi tidak berfungsi. Kebebasan dalam menetapkan suatu
keputusan atau melakukan suatu kegiatan dalam tipe kepemimpinan ini diserahkan
sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin.
Oleh karena setiap manusia mempunyai kemauan dan kehendak sendiri,
maka akan berakibat suasana kebersamaan tidak tercipta, kegiatan menjadi tidak
terarah dan simpang siur. Wewenang tidak jelas dan tanggung jawab menjadi
kacau, setiap anggota saling menunggu dan bahkan saling salah menyalahkan
apabila diminta pertanggungjawaban.
1.
Kepemimpinan
Agitator
Tipe kepemimpinan ini diwarnai dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk tekanan, adu domba, memperuncing perselisihan, menimbulkan dan memperbesar perpecahan/pertentangan dan lain-lain dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri. Agitasi yang dilakukan terhadap orang luar atau organisasi lain, adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasinya dan bahkan untuk kepentingan pemimpin sendiri
Tipe kepemimpinan ini diwarnai dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk tekanan, adu domba, memperuncing perselisihan, menimbulkan dan memperbesar perpecahan/pertentangan dan lain-lain dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri. Agitasi yang dilakukan terhadap orang luar atau organisasi lain, adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasinya dan bahkan untuk kepentingan pemimpin sendiri
2.
Kepemimpinan
Simbol
Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar sebagai lambang atau simbol, tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya.
Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar sebagai lambang atau simbol, tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya.
Di samping gaya kepemimpinan demokratis, otokrasi maupun bebas maka
pada kenyataannya sulit untuk dibantah bila dikatakan terdapat beberapa gaya
atau perilaku kepemimpinan yang tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu
tipe kepemimpinan tersebut. Sehubungan dengan itu sekurang kurangnya terdapat
lima gaya atau perilaku kepemimpinan seperti itu. Kelima gaya atau perilaku
kepemimpinan itu adalah
5.
Gaya
atau Perilaku Kepemimpinan Tranformasional
Hotel and Casino, Las Vegas, NV - Mapyro
BalasHapusCompare reviews, photos 안성 출장안마 & cheap rates for Hotel and Casino in Las Vegas, NV 전주 출장마사지 - 시흥 출장샵 See 1527 traveler 논산 출장샵 reviews, 경주 출장마사지 71 candid photos, and great deals for Hotel and Casino in Las