TEORI KEPEMIMPINAN
KLASIK DAN TEORI KONTINGENSI
Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory)
Studi-studi
mengenai sifat-sifat/ciri-ciri mula-mula mencoba untuk mengidentifikasi
karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan kemampuan orang yang
dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang sifat/ciri telah
dilakukan, namun sifat-sifat/ciri-ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang
kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian
mengenai sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat/ciri
itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku atau
bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri dan kemampuan
bagi keberhasilan seorang pemimpin.
Berbagai pendapat tentang
sifat-sifat/ciri-ciri ideal bagi seorang pemimpin telah dibahas dalam kegiatan
belajar ini termasuk tinjauan terhadap beberapa sifat/ciri yang ideal tersebut.
Kepemimpinan Menurut Teori Sifat
Latar BelakangTeori sifat bertolak dari dasar pemikiran
bahwa, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin itu. Sifat-sifat tersebut dapat berupa
sifat fisik, dan dapat pula sifat psikologis. Atas dasar pemikiran tersebut
timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang
dimaksud ialah kualitas seseorang dengan berbagai macam sifat-sifat, perangi
atau cirri-ciri didalamnya.
Teori KepemimpinanTeori Kepempinan adalah
penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep
kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang histories, sebab musabab
timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama
pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Sebab Musabab Munculnya pemimpinTiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin adalah:
Sebab Musabab Munculnya pemimpinTiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin adalah:
- Teori genetic menyatakan bahwa pemimpin
itu tidak dibuat tetapi lahir oleh bakat-bakat alami yang luar biasa
sejak lahir.
- Teori social menyatakan bahwa pemimpin
tidak terlahirkan begitu saja akan tetapi harus disiapkan,dididik,
dan disiapkan.
- Teori ekologis atau sistesis menyatakan
bahwa seorang akan sukses jadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah
memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu sempat dikembangkan
melaliu pengalaman dan usaha pendidikan juga sesuai dengan tuntutan
lingkungan/ekologisnya.
Tipe dan gaya Pemimpin Pemimpin itu mempunyai sifat,
kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas, sehingga
tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dengan orang lain.W.J
Reddin dalam artikelnya What kind of Manager menentukan watak dan tipe pemimpin
atas tiga pola dasar, yaitu:- Berorientasi tugas (task orientation),-
Berorientasi hubungan kerja (relationship orientation),- Berorientasi hasil
yang efektif (effecivess orientation).
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut dapat ditentukan delapan tipe kepemimpinan. Yaitu :
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut dapat ditentukan delapan tipe kepemimpinan. Yaitu :
- Tipe deserter(pembelot)
Sifatnya : bermoral rendah, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan
sukar diramalkan.
- Tipe birokrat
Sifatnya : correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia
adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin dank eras.
- Tipe misionaris
Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah
- Tipe developer(pembangun)
Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, menaruh kepercayaan pada
bawahan.
- Tipe otokrat
Sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala,
sombong
- Benevolent autocrat(otokrat yang bijak)
Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa
keterlibatan diri
- Tipe compromiser(kompromis)
Sifatnya : plinat-plinut, selalu mengikuti angina tanpa pendirian,
tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
- tipe eksekutif.
Sifatnya ; Bermutu tinggi, dapat
memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun.
Syarat-Syarat Kepemimpinana.
Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pemipin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat
sesuatu.b. Kewibawaan ialah kelebihan,
keunggulan, keutamaan, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, bersedia
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.c.
Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/ketrampilan
teknis maupun social, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.
Dari beberapa definisi yang dikemukakn itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Dari beberapa definisi yang dikemukakn itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Sifat-Sifat Pemimpin Ordway Tead dalam tulisanya mengemukakan 10 sifat pemimpin yaitu :
- Energi jasmaniah dan mental yaitu
mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang
tampaknya seperti tidak akan pernah habis.
- Kesabaran akan tujuan dan arah yaitu
memiliki keyakinan yang teguh akan kebeneran dan kegunaan dari semua
perilaku yang dikerjakan , dia tahu persis kemana arah yang akan ditujunya
, serta pasti memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri maupun bagi
kelompok yang dipimpinnya.
- Antusiasme yaitu bahwa pekerjaan yang
dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai,
memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan
menimbulkan semangat serta esprit de corps.
- Keramahan dan kecintaan yaitu bahwa
effection itu berarti kesayangan, kasih saying, cinta, simpati yang tulus,
disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi.
- Intregitas yaitu bahwa pemimpin itu harus
bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa, dan seperasaan dengan anak
buahnya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu perjuangan yang
sama.
- Penguasaan teknis yaitu bahwa setiap
pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu agar
dia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.
- Ketegasan dalam mengambil keputusan yaitu
bahwa pimpinan yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara
tepat, tegas dan cepat, sebgai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
- Kecerdasan yaitu bahwa kecerdasan yang
perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan untuk melihat
memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan
hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesainnya dalam waktu
singkat.
- Ketrampilan mengajar yaitu bahwa pemimpin
yang baik itu adalah seorang guru pula, yang mampu menuntun, mendidik,
mengarahkan, mendorong(memotivir), dan menggerakkan anak buahnya untuk
berbuat sesuatu.
- Kepercayaan yaitu bahwa keberhasilan
pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya.
Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik,
dipengaruhi secara positif dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar.
Beberapa Kelemahan Teori
SifatBerdasarkan pendapat tokoh-tokoh seperti : Barnard, Ordway Tead,
Millet, Stogdill, Davis, G.R. Terry, Ruslan Abdulgani dapat saya simpulkan
bahwa didalam perkembangan teori sifat ini disamping mengalami tantangan dan
reaksi dari berbagai pihak, didalam prakteknya memang ada kelemahan-kelemahan
yang sulit untuk dipraktekkan. Berbagai kelemahan teori sifat tersebut ialah :
- Diantara para pendukungnya sendiri tidak
ada kesepakatan mengenai sifat-sifat pemimpin tersebut sehingga timbul
berbagai pendapat diantara pendukung-pendukung teori tersebut.
- Tidak selalu ada relevensi antara
sifat-sifat yang dianggap tersebut dengan efektivitas kepemimpinan.
- Terlalu sulit untuk menentukan dan
mengukur masing-masing sifat yang sangat berbeda-beda satu daripada yang
lain.
- Situasi dan kondisi tertentu dimana
kepemimpinan dilaksanakan memerlukan sifat-sifat pemimpin tertentu pula.
- Teori sifat terlalu bersifat deskriptif,
tidak memberikan analisis bagaimana sifat-sifat itu kaitannya dengan
keberhasilan seorang pemimpin.
Kesimpulan Atas
dasar kelemahan-kelemahan tersebut diatas, sementara timbul anggapan bahwa
teori sifat, merupakan teori kepemimpinan yang sudah kuno, sebab sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan. Tetapi apabila kita renungkan nilai-nilai
moral dan akhlak yang terkandung didalam berbagai rumusan mengenai sifat, ciri
atau perangai pemimpin tersebut, teori sifat justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan atau panutan. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
- Dalam
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan setiap pemimpin dalam
kehidupan organisasi, ditampilkan sebagai tokoh panutan atau tokoh yang
selalu diteldani oleh bawahannya.
- Sebagai tokoh
panutan yaitu tokoh yang diikuti dan dituruti segala perilaku da
perbuatannya harus selalu memberikan contoh-contoh positif terhadap
bawahannya.
- Contoh-contoh
tersebut ialah sifat-sifat, perangai yang perlu dimiliki oleh pemimpin
yang dapat dirasakan dan dilihat oleh bawahannya.
- Agar
sifat-sifat tersebut dapat dianut maka sifat-sifat tersebut harus memiliki
kelebihan-kelebihan daripada sifat-sifat yang ada pada bawahannya atau
sifat-sifat yang diunggulkan yang mampu memberikan dorongan dan inspirasi
kepada bawahan.
- Kesimpulannya,
kepemimpinan yang menganut prinsip keteladanan akan berhasil melaksanakan
tugas-tugas kepemimpinannya apabila prinsip-prinsip teori sifat dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Selama
tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku
pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari
perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut
menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan
yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat
bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas
kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya
menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana
perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati,
satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini
adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan
yang puas.
Hasil studi kepemimpinan Ohio State
University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua
kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil penelitian dari
Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan
berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil. Sementara
itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan
bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada
sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik
kriteria yang digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan
oleh Michigan University. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya
terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang
pusat perhatiannya pada produksi.
Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis Pendekatan Perilaku
Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai
tujuan, pemimpin biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan
bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah
mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan
ini, yaitu 1) yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan 2) yang
berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented).
Gaya yang
berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan
pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya.
Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja
keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan
bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat.
Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang
dipakai pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam
hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku
pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
- High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi
dan orientasi tugas yang tinggi juga.
- High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi
tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
- Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan
hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam
hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan
bersedia berkonsultasi dengan bawahan
- Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan
bawahan juga lemah.
Dari keempat macam
gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal akibatnya adalah yang
keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan gaya yang keempat ini, lebih
baik turun saja dari kepemimpinannya sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya
tersebut.
Dari hasil
penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang
terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa,
studi ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.
- Studi Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya
kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes faire. Hasil
penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.
- Studi Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi
perilaku kepemimpinan. Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan itu sebagai
suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu,
yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif dan
perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada pencapaian tugas.
Perhatian menunjukkan perilaku pemimpin pada hubungan dengan bawahannya.
- Studi Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep
gaya kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada
produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya
hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin
yang berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek
teknik-teknik kerja.
- Empat sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut
Likert, pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participatif management. Gaya
ini menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada
bawahan dan komunikasi. Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam
manajemen sebagai berikut:
- Exploitative Authoritative (Otoriter yang Memeras)
- Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik)
- Cosultative (Konsultatif)
- Participatif (Partisipatif).
Likert menyimpulkan bahwa penerapan sistem 1
dan 2 akan menghasilkan produktivitas kerja yang rendah, sedangkan penerapan
sistem 3 dan 4 akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
Memahami gaya
kepemimpinan seseorang sangatlah kompleks, sehingga memunculkan berbagai gaya
yang bervariasi satu sama lain. Dari berbagai kombinasi gaya kepemimpinan lahir
gaya kepemimpinan dasar yang terdapat pada diri seorang pemimpin (Hersey dan
Blanchart, 1977) seperti dikutip oleh Nanang Fattah.
- Tiga
dimensi gaya kepemimpinan menurut Reddin.
Sedangkan menurut
Reddin (1970) dalam bukunya “ Manajerial Effectiveness” dijelaskan bahwa
penambahan komponen efektivitas pada dua dimensi kepemimpinan yang sudah ada (dimensi
tugas dan dimensi hubungan) sistem misi manajerial (manajerial Grid) dari Blake
dan Mounton yang disarikan oleh Nanang Fatah (1996:94) mengidentifikasikan
selang perilaku manajemen atas dasar berbagai cara yang membuat gaya
berorientasi kepada tugas dan gaya yang berorientasi kepada karyawan,
masing-masing dinyatakan sebagai suatu rangkaian kesatuan pada skala 1 sampai 9
yang berinteraksi satu sama lain tentang kisi-kisi manajerial (manajerial
Grid).
Gaya kepemimpinan
yang dibawah tergolong pemimpin miskin (impoverished management) dengan
perhatian yang rendah orang dan rendah terhadap tugas. Gaya kepemimpinan di
atas adalah kekeluargaan (country club) perhatian yang tinggi kepada karyawan,
tetapi rendah perhatian terhadap tugas. Gaya pemimpin di atas tapi keras adalah
manajemen tugas atau gaya otoriter yakni perhatian tinggi terhadap tugas, tetapi
rendah perhatian pada orang. Gaya pemimpin landai/tengah-tengah adalah gaya
manajemen jalan tengah (middle road) sedang-sedang saja pada tugas maupun pada
orang. Gaya demokratis adalah gaya manajemen kelompok atau demokratis yakni
perhatian yang tinggi baik kepada tugas maupun pada orang dan gaya ini biasanya
lebih efektif dan mendapat dukungan kuat dari anggota organisasi.
Teori-teori
kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri)
dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Teori
Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin
mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi
para pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang
mungkin dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat
diperoleh dengan usaha yang serius dan bahwa usaha yang demikian akan berhasil,
maka kemungkinan akan melakukan usaha tersebut. Aspek-aspek situasi seperti
sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan tingkat
keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan
usaha para pengikut.
LPC Contingency Model dari Fiedler
berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari tiga variabel situasional pada
hubungan antara suatu ciri pemimpin (LPC) dan kinerja pengikut. Menurut model
ini, para pemimpin yang berskor LPC tinggi adalah lebih efektif untuk
situasi-situasi yang secara moderat menguntungkan, sedangkan para pemimpin
dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik pada situasi yang
menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Leader Member Exchange Theory
menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan pertukaran dalam
situasi yang berbeda dengan berbagai pengikut. Hersey and Blanchard Situasional
Theory lebih memusatkan perhatiannya pada para pengikut. Teori ini menekankan
pada perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dan hubungan
pemimpin pengikut.
Leader Participation Model
menggambarkan bagaimana perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan
dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini menganalisis berbagai jenis
situasi yang mungkin dihadapi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
Penekanannya pada perilaku kepemimpinan seseorang yang bersifat fleksibel
sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.
Teori Fiedler.
Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori
situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada
situasi. Model atau teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif
tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan
subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap
pemimpin. Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau
lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota
kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang spesifik.
Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang
berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada
satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun,
sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yang paling efektif mungkin akan
bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya. Penerimaan kenyataan dasar ini
melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler,
yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach. Asumsi sentral teori
ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh
kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan
dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami
secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.
Teori kontingensi melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization
context). Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader
Orientation dan Situation Favorability.
v Leader Orinetation adalah : apakah pemimipin pada suatu
organisasi berorinetasi pada relationship atau beorintasi pada task. Leader
Orientation diketahui dari Skala semantic differential dari rekan yang paling
tidak disenangi dalam organisasi (Least preffered coworker = LPC) . LPC tinggi
jika pemimpjn tidak menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah
menunjukkan pemimpin yang siap menerima rekan kerja untuk bekerja sama. Skor
LPC yang tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada relationship,
sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan bahwa pemimpin beroeintasi pada
tugas. Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang
mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin
yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada orang atau
hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun
sangat tinggi. Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif
dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
v Situation favorability adalah : sejauh mana pemimpin
tersebut dapat mengendailikan suatu situasi, yang ditentukan oeh 3 variabel
situasi, yaitu :
1. Leader-Member Orintation: hubungan pribadi
antara pemimpin dengan para anggotanya.
2. Task Structure: tingkat struktur tugas yang
diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi.
3. Position Power: tingkat kekuasaan yang
diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS tinggi dan PP
besar, sebaliknya Situation Favoribility rendah jika LMO tidak baik, TS rendah
dan PP sedikit.
Teori Path Goal.
Path-Goal Theory atau model arah tujuan ditulis oleh House (1971)
menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung dari
bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian
tujuan para pengikutnya. Bawahan sering berharap pemimpin membantu mengarahkan
mereka dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain bawahan berharap para pemimpin
mereka membantu mereka dalam pencapaian tujuan-tujuan bernilai mereka.
Ide di atas memainkan peran penting dalam House’s path-goal theory
yang menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan pemimpin yang menjelaskan bentuk tugas
dan mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan akan meningkatkan
persepsi para bawahan bahwa bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja yang baik
dan kinerja yang baik tersebut selanjutnya akan diakui dan diberikan ganjaran.
Path Goal Theory menekankan pada cara-cara pemimpin memfasilitasi
kinerja kerja dengan menunjukkan pada bawahan bagamana kinerja diperoleh
melalaui pencapaian rewards yang diinginkan. Path Goal theory juga mengatakan
bahwa kepuasan kerja dan kinerja kerja tergantung pada expectancies bawahan.
Harapan-harapan bawahan bergantung pada ciri-ciri bawahan dan lingkungan yang
dihadapi oleh bawahan. Kepuasan dan kinerja kerja bawahan bergantung pada leadership
behavior dan leadership style.
Ada 4 macam leadership style :
1. Supportive
Leadership: Gaya kepemimpinan ini menunjukkan perhatian pada kebutuhan pribadi
karyawannya. Pemimpin jenis ini berusaha mengembangkan kepuasan hubungan
interpersonal diantara para karyawan dan berusaha menciptakan iklim kerja yang
bersahabat di dalam organisasi.
2.
Directive Leadership: Pemimpin yang memberikan
bimbingan khusus pada Karyawannya dengan menetapkan standar kinerja,
mengkoordinasi kinerja kerja dan meminta karyawan untuk mengikuti aturan aturan
organisasi.
3.
Achievement Oriented Leadership: Pemimpin yang
menetapkan tujuan yang menantang pada bawahannya dan meminta bawahan untuk
mencapai level performens yang tinggi.
4. Participative
Leadership: Pemimpin yang menerima saran-saran dan nasihat-nasihat bawahan dan
menggunakan informasi dari bawahan dalam pengambilan keputusan organisasi.
Hal yang menentukan keberhasilan dari setiap jenis kepemimpinan
tersebut adalah subordinate characteristics (contohnya: Karyawan yang internal
l locus of control atau external locus of control, karyawan yang mempunyai need
achievement yang tinggi atau need affiliation yang tinggi, dll.) dan environmental
factors (system kewenangan dalam organisasi).
Teori Vroom dan Yetton.
Leader-Participation Model ditulis oleh Vroom dan Yetton (1973).
Model ini melihat teori kepemimpinan yang menyediakan seperangkat peraturan
untuk menetapkan bentuk dan jumlah peserta pengambil keputusan dalam berbagai
keadaan. Teori Yetton dan Vroom mengemukakan bahwa kepuasan dan prestasi
disebabkan oleh perilaku bawahan yang pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku
atasan, karakteristik bawahan dan faktor lingkungan. Salah satu tugas utama
dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan yang
dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak kepada para bawahan
mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah
kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan yang
bersangkutan melaksanakan tugas-tugas pentingnya.
Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih
efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yang tidak mampu membuat
keputusan dengan baik. Dalam mengambil keputusan, bagaimana pemimpin
memperlakukan bawahannya. Dengan kata lain seberapa jauh para bawahannya diajak
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana telah kita pahami bahwa
partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan
kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.
Teori kepeminmpinan vroom & yetton adalah jenis teori
kontingensi yang menitikberatkan pada hal pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh pemimpin. Dalam hal ini ada 5 jenis cirri pengambilan keputusan dalam
teori ini :
- A-I
: pemimpin mengambil sendiri keputusan berasarkan informasi yang ada
padanya saat itu.
- A-II
: pemimpin memperoleh informasi dari bawahannya dan mengambil keputusan
berdasarkan informasi yang didapat. jadi peran bahawan hanya memberikan
informasi, bukan memberikan alternatif.
- C-I
: pemimpin memberitahukan masalah yang sedang terjadi kepada bawahan secara
pribadi, lalu kemudian memperoleh informasi tanpa mengumpulkan semua
bawahannya secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan/ tidak gagasan dari bawahannya.
- C-II
: pemimpin mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, lalu menanyakan
gagasan mereka terhadap masalah yang sedang ada, dan mengambil keputusan
dengan mempertimbangkan/tidak gagasan bawahannya
- G-II
: pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara berkelompok,
lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil keputusan
yang disetujui oleh semua pihak.
contoh kasusnya, dalam sebuah took kue, pemimpin took akan
membicarakan masalah yang terjadi, misalnya cara menarik minat pembeli agar
menjadi pelanggan tetap tokonya. Pemilik took akan mengumpulkan semua
karyawannya dan menanyakan pendapat mereka. pemilik akan menampung semua
gagasan mereka, lalu memilih gagasan yang dianggap paling menarik dan disetujui
oleh semua karyawannya.
Contoh kasus diatas, itu sesuai dengan cirri pengambilan keputusan
G-II yang dikemukakan oleh vroom & yetton. Dan menurut saya, ciri G-II
adalah yang paling layak digunakan.
- TEORI KEPEMIMPINAN KLASIK
- TEORI KONTIGENSI
TEORI CIRI / SIFAT (TRAIN APPROVACH) > 1940
- Mencoba mengidentifikasi berbagai sifat / ciri pemimpin
- Berusaha menjawab how one becomes a leader
- Menekankan pada atribut pribadi pemimpin
- Menunjuk pada sejumlah atribut / ciri ciri kepribadian temperamen, kebutuhan, motivasi, nilai-nilai
- Didasarkan pada pemikiran “ keberhasilan pemimpin ditentukan oleh > adanya kelebihan sifat-sifat yang dimiliki > pemimpin
TEORI SIFAT
- Kepemimpinan – dibawa sejak lahir
- Kelebihan luar biasa – pada pemimpin
- Kelemahan teori ini :
> sifat deskriptif
Ø Relevansi sifat
Ø Sikon berbeda
Ciri sifat ideal pemimpin – teori sifat
a.
Sifat
inkulsitif, Rasa ingin tahu, mencari, menemukan hal baru
b.
Kemampuan
analisis, Kemampuan untuk berpikir integralistik, strategik, berinovasi pada
pemecahan masalah
c.
Daya ingat yang
kuat
d.
Pengetahuan
yang luas
e.
Kepemimpinan
bertumbuh dan berkembang
f.
Ketrampilan
mendidik
g.
Keteladanan
h.
Keberanian,
developmantis
i.
Antisipatif, pro aktif
j.
Adoptabilitas dan peleksibel
k.
Rasional,
naluri, kapasitas ingratif
TEORI PERILAKU
- Membedakan antara perilaku pemimpin – bawahan
- Penelitian universitas OHIO
- Pemikiran : efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung kepada sejauh mana seseorang pemimpin menekankan perannya sebagai pemarkarsa struktur tugas yang dilaksanakan bawahan.
Jenis perilaku pemimpin ( Micinggan)
- Peilaku yang berorientasi pada tugas
- Perilaku yang berorientasi pada hubungan
- Kepemimpinan partisipatif (supervisi bukan kontrol )
TEORI PERILAKU
Ø OHIO STATE > perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada conciantion dan initiating struktur.
Ø Michigan Unv > perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi pada bawahan dan hasil.
Ø Model leadership continum > Linkert’s menekankan pada manajemen sistem (4 sistem )
Ø Magerial gid > perilaku pemimpin pada pusat perhatian > manusia dan produksi.
TEORI KONTINGENSI ( SITUASI )
Ø Menekankan pada pentingnya :
Faktor konstektual ( sifat pekerjaan pimpinan)
- Sifat lingkungan eksternal
- Karakter pengikut
Ø Teori ini mencoba menemukan
Bagaimana perilaku pemimpin dipengaruhi aspek situasi sejauhmana – pada organisasi yang berbeda
TEORI KONTIGENSI
Ø Mendasarkan bukan pada sifat / perilaku – efektifitas pada sikon terntentu – gaya kepemimpinan
Ø Mensyaratkan pemimpin memiliki kemampuan mendagnosis perilaku manusia.
Ø Teori path goal, motivasi x, kebutuhan
TEORI MTAKHIR
Didasarkan pada kemampuan diri
Pada seorang pemimpin
Realistik
TEORI KINTINGENSI, membedakan 4 bentuk :
. direktif – tingginya arahan dan dukungan rendah.
. konsutatif, tingginya arahan dan dukungan
.partisipatif, rendahnya arahan, dukungan tinggi kontrol atas pemecahan masalah seimbang
Deksatif, rendah pengarahan dan dukungan
MANTAPPP SANGAT MEMBANTU
BalasHapus